Pendekatan Makna
Makna dapat dibicarakan dari dua
pendekatan, yakni pendekatan analitik atau
referensial dan pendekatan operasional. Pendekatan analitik adalah pendekatan yang
ingin mencari esensi makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama,
sedangkan pendekatan operasional adalah pendekatan ingin mempelajari kata dalam
penggunaannya. Pendekatan operasional lebih menekankan bagaimana kata
dioperasikan di dalam tindak fonasi sehari-hari. Pendekatan operasional ini
menggunakan tes substitusi untuk menentukan tepat tidaknya makna sebuah kata.
Contoh: - Ia tidak pergi ke sekolah karena sakit
- Ia tidak pergi ke sekolah sebab sakit
Dari
kedua contoh di atas dapat dilihat bahwa kata karena maupun sebab dapat
digunakan dalam kedua kalimat tersebut.
Contoh: kata istri
Dilihat dari pendekatan analitik,
kata istri dapat diuraikan menjadi:
·
Perempuan
·
Telah bersuami
·
Kemungkinan telah beranak
·
Manusia
·
Ramah-tamah
·
Berambut panjang
·
Berfungsi sebagai pendamping suami
·
Hak dan kewajibannya tidak berbeda
dengan hak dan kewajiban suami
Jika
kata istri dilihat dari pendekatan
operasional, akan terlihat dari kemungkinan-kemungkinan pemunculannya dalam
kalimat-kalimat, misalnya sebagai berikut:
·
Si Dula mempunyai istri
·
Istri si Ali telah meninggal
·
Banyak istri yang bekerja di kantor
·
Apakah istrimu sudah naik haji?
Tetapi tidak mungkin orang mengatakan:
·
Istri Ali berkaki tiga
·
Istri tidak pernah melahirkan
Kedua pendekatan di atas dikemukakan oleh
Wittgenstein (1953) dalam bukunya Philosophical
Investigation (1953).
Selain kedua pendekatan yang dikemukakan oleh
Wittgenstein, makna dapat pula dilihat dari hubungan-hubungan fungsi yang
berbeda di dalam bahasa. Pada umumnya dibedakan menjadi pendekatan ekstensional dan pendekatan
intensional (Nida, 1975:22). Pendekatan ekstensional ialah pendekatan yang
memusatkan perhatian pada penggunaan kata di dalam konteks (bandingkan dengan
pendekatan operasional), sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan intensional
adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada struktur-struktur konseptual
yang berhubungan dengan satuan-satuan utama (bandingkan dengan pendekatan
analitik).
Aspek
Makna
Aspek
makna menurut Palmer (1976) dapat dipertimbangkan dari fungsi, dan dapat
dibedakan atas:
1.
Sense
‘pengertian’
2.
Feeling ‘perasaan’
3.
Tone ‘nada’
4.
Intension
‘tujuan’
Keempat
aspek tersebut dapat dipertimbangkan melalui data Bahasa Indonesia sebagai
contoh pemahaman makna tersebut. Makna pengertian dapat kita terapkan di dalam
komunikasi sehari-hari yang melibatkan apa yang disebut tema. Makna perasaan,
nada, dan tujuan dapat pula dipertimbangkan melalui data Bahasa Indonesia
maupun daerah.
1.
Sense
‘pengertian’
Aspek pengertian ini dapat dicapai
apabila antara pembicara/penulis dan kawan berbahasa sama. Makna pengertian
disebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud. Saat berbicara
dalam kehidupan sehari-hari sering didengar kawan bicara menggunakan kata-kata
yang menggunakan ide atau pesan yang dimaksud.
Hal ini menyangkut tema pembicaraan sehari-hari misal tentang cuaca:
a.
Hari ini hujan
b.
Hari ini mendung
Pada komukasi tersebut tentu ada unsur pendengar
(ragam lisan) dan pembaca (ragam tulis) yang mempunyai pengertian yang sama
terhadap satuan-satuan hari, ini ,hujan,
dan mendung.
2.
Feeling
‘perasaan’
Aspek makna perasaan berhubungan dengan
sikap pembicara dengan situasi pembicaraan. Pada kehidupan sehari-hari penutur
selalu berhubungan dengan perasaan (mis,
sedih, dingin, panas, gembira ,jengkel, gatal ). Peryataan situasi yang
berhubungan dengan aspek makna perasaan tersebut digunakan kata-kata yang
sesuai dengan situasinya. Misalnya, tidak akan muncul ekspresi:
a.
Turut berduka cita
b.
Ikut bersedih
c.
I
say my sympathy to.
Pada situasi bergembira , sebab ekspresi
tersebut selalu muncul pada situasi kemalangan, atau kesedihan, bila ada yang
meninggal dunia. Kata-kata tersebut memiliki makna yang sesuai dengan perasaan.
Kata-kata yang sesuai dengan makna perasaan
ini muncul dari pengalaman, dapat dipertimbangkan bila dikatakan “penipu kau”,
merupakan ekpresi yang berhubungan dengan pengalaman tentang orang tersebut. Penutur
merasa pantas menyebut orang tersebut sebagai penipu karena tindakannya yang
tidak baik. Setiap sajak biasanya menggunakan aspek makna perasaan (feeling)
penyair.
3.
Tone
‘nada’
Aspek makna nada (tone) adalah “an
attitude to his listener” (sikap pembicara terhadap kawan bicara) atau
dikatakan pula sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna nada
ini melibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan
kawan bicara dengan pembicara sendiri. Aspek pembicara telah mengenal
pendengar-pembicara berkelamin sama dengan pendengar, atau apakah latar
belakang sosial-ekonomi pembicara sama dengan pendengar. Hubungan
pembicara-pembicara (kawan bicara) akan menentukan sikap yang akan tercermin di
dalam kata-kata yang akan digunakan
Aspek nada ini berhubungan pula dengan
aspek makna perasaan, bila seseorang jengkel maka sikap orang tersebut akan
berlainan dengan perasaan bergembira terhadap kawan bicara. Bila seseorang
jengkel akan memilih aspek makna nada dengan meninggi, berlainan dengan aspek
makna yang digunakan bila seseorang memerlukan sesuatu, maka akan beriba-iba
dengan nada merata atau merendah. Bandingkanlah aspek makna nada berikut :
a.
Orang itu tidak tertarik
b.
Kereta
api dari yogya sudah datang
c.
Kereta api dari yogya sudah datang?
d.
Pergi!
4. Intension ‘tujuan’
Aspek
makna tujuan ini adalah “his aim, concionus or unconscious, the effect he is
endeavouring to promote” (tujuan atau maksud, baik disadari maupun tidak,
akibat usaha dari peningkatan). Apa yang diungkapkan di dalam aspek tujuan memiliki
tujuan tertentu, misalnya dengan mengatakan “penipu kau!” tujuannya supaya
kawan bicara mengubah kelakuaan (tindakan) yang tidak di inginkan tersebut.
Aspek
makna tujuaan ini melibatkan klasifikasi peryataan yang bersifat :
a.
Deklaratif
b.
Persuasive
c.
Imperstif
d.
Naratif
e.
Politis
f.
Paedagogis (pendidikan)
Jenis
Makna
Jenis makna yang dapat dilihat dari berbagai buku
semantik a.l Bloomfield (1933), Palmerz (1976), Verhaar (1981), dan dari kamus,
a.l. kridalaksana (1984), atau dari Ullman (1962). Diketahui bahwa kata
memeiliki makna kognitif (denotatif;
deskriptif), makna konotatif dan emotif. Kata dengan makna kognitif ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, dan kata kognitif ini sering dipakai di bidang
teknik. Kata konotatif di dalam bahasa Indonesia cenderung bermakna negatif,
sedangkan kata emotif memiliki makna positif.[1]
Suatu kata dapat memiliki makna kognitif saja atau
satu kata memiliki baik makna kognitif maupun makna konotatif atau makna emotif.
Para ahli telah mengemukakan berbagai jenis makna dan yang akan diuraikan
sebagai berikut:
a.
Makna Sempit
Makna sempit (narrowed
meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang
asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi. Perubahan makna suatu
bentuk ujaran secara semantik berhubungan, tetapi ada juga yang menduga bahwa
perubahan terjadi dan seolah-olah bentuk ujaran hanya menjadi objek yang
relatif permanen dan makna hanya menempel seperti satelit yang berubah-ubah.
Sesuatu yang menjadi harapan adalah menemukan alasan mengapa terjadi perubahan,
melalui studi makna dengan segala perubahannya yang terjadi terus menerus.
Kata-kata bermakna luas dalam Bahasa Indoensia
disebut juga makna umum (generik) digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang umum. Gagasan atau ide yang umum bila dibubuhi rincian gagasan atau
ide, maka maknanya akan menyempit (memiliki makna sempit).
b.
Makna Luas
Makna luas (widened
meaning atau extended meaning)
adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata lebih luas yang diperkirakan.
Kata-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang
sempit. Kata-kata yang memiliki makna luas digunakan untuk mengungkapkan
gagasan atau ide yang umum, sedangkan makna sempit adalah kata-kata yang
bermakna khusus atau kata-kata yang bermakna luas dengan unsur pembatas.
Kata-kata bermakna sempit digunakan untuk menyatakan seluk-beluk atau rincian
gagasan (ide) yang bersifat umum.
c.
Makna Kognitif
Makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau
denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dan dunia
kenyataan (bandingkanlah dengan makna konotatif dan emotif). Makna kognitif
adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna kognitif tidak hanya dimiliki
kata-kata yang menunujuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada
bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus. Makna kognitif sering digunakan di
dalam istilah teknik. Makna kognitif dengan sebutan bemacam-macam seperti
deskriptif, denotatif, dan kognitif konsepsional. Makna ini tidak pernah tidak
pernah dihubungkan dengan hal-hal lain secara asosiatif, makna tanpa tafsiran
hubungan dengan benda lain atau peristiwa lain. Makna kognitif adalah makna
sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan.
d.
Makna Konotatif dan Emotif
Makna konotatif yang dibedakan dari makna emotif
karena yang disebut pertama bersifat negatif dan yang disebut kemudian bersifat
positif. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan terhadap apa
yang diucapkan atau apa yang didengar.
Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif (lewat
makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen makna
lain.
Makna kognitif
dibedakan dari makna konotatf dan emotif berdasarkan hubungannya, yakni hubungan antara
kata dengan acuannya (referent) atau
hubungan kata dengan denotasinya (hubungan antara kata (ungkapan) dengan orang,
tempat, sifat, proses, dan kegiatan luar bahasa (denotata kata)); dan hubungan
antara kata (ungkapan ) dengan ciri-ciri tertentu (disebut konotasi kata
(ungkapan) atau sifat emotif kata (ungkapan)).
Makna konotatif dan makna emotif dapat dibedakan
berdasarkan masyarakat yang menciptakannya atau menurut individu yang
menciptakannya atau menghasilkannya, dan dapat dibedakan berdasarkan media yang
digunakan (lisan atau tulisan), serta menurut bidang yang menjadi isinya. Makna
konotatif berubah dari zaman ke zaman. Makna konotatif dan emotif dapat
bersifat insidental.
Makna emotif (emotif
meaning) adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar;
penulis dan pembaca) ke arah yang positif. Makna ini berbeda dengan makna
kognitif (denotatif) yang menunjukkan adanya hubungan antara dunia konsep
(reference) dengan kenyataan, makna emotif menunjuk sesuatu yang lain yang
tidak sepenuhnya sama dengan yang terdapat dalam dunia kenyataan.
Suatu kata dapat memiliki makna emotif dan bebas
dari makna kognitif, atau dua kata dapat memilki makna kognitif yang sama,
tetapi kedua kata tersebut dapat memiliki makna emotif yang berbeda. Makna
emotf dalam Bahasa Indonesia cenderung berbeda dengan makna konotatif; makna
emotif cenderung mengacu kepada hal-hal (makna) yang positif, sedangakn makna
konotatif cenderung mangacu kepada hal-hal (makna) yang negatif . Beberapa
makna konotatif atau emotif dapat muncul sebagai akibat perubahan tata nilai
masyarakat bahasa.
e.
Makna Referensial
Makna referensial adalah makna yang berhubungan
langsung dengan kenyataan atau refererent (acuan), makna referensial disebut juga makna
kognitif, karena memiliki acuan. Makna ini memiliki hubungan dengan konsep,
sama halnya seperti makna kognitif. Makna referensial memiliki hubungan dengan
konsep tentang sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa),
seperti terlihat di dalam hubungan antara konsep (reference) dengan acuan
(referent.
Hubungan yang terjalin antara sebuah bentuk kata
dengan barang, hal, atau kegiatan (peristiwa) di luar bahasa tidak bersifat
langsung, ada media yang terletak di antaranya. Kata merupakan lambang (simbol)
yang menghubungkan konsep dan acuan.
f.
Makna Konstruksi
Makna konstruksi (counstriction meaning) adalah makna yang terdapat di dalam
konstruksi, misal makna milik yang diungkapkan dengan urutan kata di dalam Bahasa
Indonesia. Di samping itu, makna milik dapat diungkapkan melalui enklitik
sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaan.
g.
Makna Leksikal dan Makna
Gramatikal
Makna leksikal (lexical
meaning, semantic meaning, external meaning) adalah makna unsur-unsur
bahasa sebagai lambang benda, persitiwa, dll. Makna leksikal ini dimiliki
unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks. Semua makna (baik
bentuk dasar maupun turunan) yang ada dalam kamus disebut makna leksikal.
Kata-kata tersebut meiliki makna dan dapat dibaca pada kamus, makna demikian
disebut pula makna kamus, selain makna leksikal (dictionary meaning). Ada pula yang mengatakan bahwa makna leksikal
adalah makna kata-kata pada waktu berdiri sendiri, baik dalam bentuk turunann
maupun dalam bentuk dasar.
Makna gramatikal (grammatikal meaning; functional meaning; structural meaning; internal
meanng) adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Di dalam
semantik makna gramatikal dibedakan dari makna leksikal. Sejalan dengan
pemahaman makna (sense ‘pengertian’;
‘makna’) dibedakan dari arti (meaning ‘arti’). Makna merupakan pertautan yang
ada antara satuan bahasa, dapat dihubungkan dengan makna gramatikal, sedangkan
arti adalah pengertian satuan kata sebagai unsur yang dihubungkan. Makna
leksikal dapat berubah ke dalam makna gramtikal secara operasional.
h.
Makna idesional
Makna Idesional (ideational
meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang
berkonsep. Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung di dalam
satuan kata-kata, baik bentuk dasar maupun turunan. Dengan makna idesional yang
terkandung di dalamnya dapat dilihat paham yang terkandung di dalam makna
sebuah kata.
i.
Makna Proposisi
Makna Proposisi (propositional
meaning) adalah makna yang muncul bila membatasi pengertian tentang
sesuatu. Kata-kata dengan makna proposisi didapatkan di bidang matematika, atau
eksakta. Makna proposisi mengandung pula saran, hal, rencana, yang dapat
dipahami melalui konteks. Makna proposisi dapat diterapkan pula ke dalam
sesuatu yang pasti, tidak mungkin bisa diubah lagi. Makna proposisi ini sejalan
dengan apa yang disebut tautology di
dalam Bahasa Inggris yang merupakan aksioma bahasa.
j.
Makna Pusat
Makna pusat (central
meaning) adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi inti ujaran.
Setiap ujaran (klausa, kalimat, wacana) memiliki makna yang menjadi pusat
(inti) pembicaraan. Makna pusat disebut juga makna tak berciri. Makna pusat
dapat hadir pada konteksnya atau tidak hadir pada konteks.
k.
Makna Piktorial
Makna piktorial adalah makna suatu kata yang
berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca. Perasaan meuncul segera
setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi yang menjijikkan, atau perasaan
benci. Perasaan dapat pula berupa perasaan gembira.
l.
Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari
beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula
menghasilkan makna yang berlainan. Sebagian idiom merupakan bentuk beku (tidak
berubah), artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tetap. Bentuk
tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah sintaksis yang berlaku bagi
suatu bahasa. Makna idiomatik di dalam ungkapan dan peribahasa.
m.
Makna Afektif
Makna afketif (affective
meaning) merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca
terhadap penggunaan kata atau kalimat. Oleh karena makna afektif berhubungan
dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya
makna afektf berhubungan pula dengan gaya bahasa.
n.
Makna Ekstensi
Makna ekstensi (extensional
meaning) adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep. Makna ini
meliputi semua konsep yang ada pada kata. Makna ekstensi mencakup semua makna
atau kemungkinan makna yang muncul dalam kata.
o.
Makna Gereflekter
Makna gereflekter (gereflecteerde betekenis) muncul dalam hal makna konseptual yang
jamak, makna yang muncul akibat reaksi pendengar terhadap makna yang lain.
Makna gereflekter tidak saja muncul karena sugesti emosional, tetapi juga yang
berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu.
p.
Makna Intensi
Makna intensi (intensional
meaning) adalah makna yang menekankan maksud pembicara.
q.
Makna khusus
Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang
pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu.
r.
Makna kiasan
Makna kiasan (transferred
meaning atau figurative meaning)
adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Makna kiasan tidak sesuai
lagi dengan konsep yang terdapat dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah
bergeser dari makna sebenarnya, namun kalau dipikir secara mendalam, masih ada
kaitan dengan makna sebenarnya. Makna kiasan banyak terdapat dalam idiom,
peribahasa, dan ungkapan.
s.
Makna kolokasi
Makna kolokasi (collocatieve
betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam
lingkungan yang sama. Meskipun beberapa kata maknanya sama atau mirip, namun
penggunaannya harus sesuai objek dengan situasi. Dengan demikian setiap kata
memiliki keterbatasan di dalam penggunaannya. Palmer (1976:97) menyebutkan tiga
keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokasi. Ketiga keterbatasan
itu, adalah: (i) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau urutan
kata, (ii) makna kolokasi dibatasi oleh tingkat kecocokan kata.
Berhubungan dengan makna kolokasi, terdapat pula
makna asosiasi. Leech (I, 1976:36)
mengatakan bahwa makna gereflekter, makna afektif, makna kolokasi, dan
makna stilistika dikelompokkan ke dalam satu kategori, yakni makna asosiasi (associatieve betekenis). Makna asosiasi
mengandung banyak faktor yang dapat dipelajari secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan statistik.
t.
Makna kontekstual
Makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran
dan konteks. Sudah diketahui bahwa konteks itu berwujud dalam banyak hal. Konteks
yang dimaksud di sini, yakni: (i) konteks orangan, (ii) konteks situasi,
(iii) konteks tujuan, (iv) konteks
formal/tidaknya pembicaraan, (v) konteks suasana hati pembicara/pendengar, (vi)
konteks waktu, (vii) konteks tempat, (viii) konteks objek, (ix) konteks alat,
(x) konteks kebahasaan, dan (xi) konteks bahasa.
u.
Makna lokusi
Pada teori ujaran (speech act theory) terdapat tiga macam tindak ujaran, yakni: (i)
tindak lokusi (locutionary act) yang
mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran; (ii) tindak
ilokusi (illocutionary act) yaitu
pengujaran suatu pernyataan, janji, pertanyaan, tawaran; dan (iii) perlokusi (perlocutionary act), yaitu hasil atau
efek yang ditimbulkan oleh ujaran itu pada pihak pendengar sesuai konteks.
v.
Makna stilistika
Makna stilistika (stilistische betekenis) adalah makna yang timbul akibat pemakaian
bahasa. Makna stlistika dapat dijelaskan melalui berbagai dimensi dan tingkatan
pemakaian bahasa. Makna stilistika berhubungan dengan pemakaian bahasa yang
menimbulkan efek, terutama kepada pembaca. Efek tersebut lebih banyak
berhubungan dengan emosi, dengan perasaan. Makna stilistika lebih banyak
terlihat dalam karya sastra. Kata-kata yang digunakan sedemikian rupa sehingga
pembaca tergerak perasaan pembaca. Makna stilistika diterapkan oleh penulis
melewati kata-kata yang digunakannya.
Crystal dan Davy (lihat Leech, I, 1974:31)
mengemukakan dimensi-dimensi variasi stilistika dalam gaya Bahasa Inggris sebagai
berikut:
a)
Stilistika yang berhubungan
dengan gaya tetap
1.
Perorangan
2.
Dialek
3.
Waktu
b)
Stilistika yang berhubungan
dengan wacana
1.
Ragam
2.
Cara berbahasa
c)
Stilistika yang berhubungan
dengan bahasa yang dikaitkan dengan waktu
1.
Ragam bahasa
2.
Status
3.
Modalitas
4.
Perorangan
w.
Makna Tekstual
Makna tekstual (textual
meaning) adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara
keseluruhan. Makna tekstual tidak diperoleh hanya melalui makna setiap kata,
atau makna setiap kalimat, tetapi makna tekstual dapat ditemukan setelah
seseorang membaca keseluruhan teks. Dengan demikian makna tekstual lebih
berhubungan dengan bahasa tertulis. Makna tekstual lebih berhubungan dengan
amanat, pesan, boleh juga tema yang ingin disampaikan melalui teks.
x.
Makna Tematis
Makna tematis (thematische
betekenis) akan dipahami setelah dikomunasikan oleh pembicara atau penulis,
baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar